Test Footer 2

Slider Top

Terbaru

Template Information

Histats

page rank

Total Pageviews

Produk

Lijit Search Wijit

counter

Movie Category 3

Tabs

Flexible Home Layout

Followers

Movie Category 5

Movie Category 4

Jenis Cacing

Sub Menu

Budidaya

Main Menu

FACEBOOK COMMENT APPID

Artikel Terkini

Pages

Powered by Blogger.

Search

Popular Posts

Kematian Cacing Tanah

Written By Jagjit Earthworms Farm on Sunday 29 December 2013 | 19:01

Jika melihat banyak cacing keluar dari wadah pemeliharaan dan kemudian kita menemukannya mati, ini merupakan kondisi darurat dan segeralah bertindak cepat untuk menanganinya.
Pindahkan cacing ke wadah pemeliharaan yang lain secepatnya! Kalau tidak ada dalam keadaan darurat seperti ini, jangan panik, usahakan berpikir tenang untuk mendapatkan wadah pemeliharaan alternatif lainnya. Kita bisa menggunakan bak dari plastik, kotak kayu bekas, dll. Kemudian isi dengan media baru yang netral dan bersih serbuk gergaji kayu dicampur dengan bubur kertas Koran. Jika cacing sudah merasa nyaman di media hidup yang baru, kita tetap harus sesekali untuk memeriksanya apabila masalah – masalah yang baru mungkin mungkin saja terjadi, seperti ;
  1. Media terlalu basah sehingga membuat cacing tenggelam dan mati.
  2. Media terlalu kering.
  3. Cacing tidak mendapatkan cukup pasokan makanan. "Ketika cacing tidak menemukan segala sesuatu untuk dimakan di media hidupnya, mereka akan memulai memakan kotorannya sendiri, ini bisa berakibat fatal bagi cacing yang kita pelihara. Dalam kasus seperti ini kita harus memanen cacing sesegera mungkin.
  4. Suhu yang salah disekitar wadah pemeliharaan cacing tanah. Gunakan alat pengukur suhu untuk mengetahui suhu internal maupun suhu eksternal.
  5. Intensitas cahaya jangan terlalu tinggi atau terlalu terang, karena dapat membunuh cacing atau membuat mereka tidak nyaman.
  6. Jangan menggunakan air yang mengandung klor, karena hal ini bisa berbahaya bagi kesehatan cacing.
  7. PH yang salah. Media hidup cacing tanah bisa terlalu asam atau terlalu basa. Segera periksa dengan alat pengukur pH. Ukuran pH idealnya adalah 6,5 – 7,2. Jika tidak menemukan pH yang salah dengan media hidupnya, mungkin akan lebih mudahnya adalah membuang media yang bermasalah kemudian diganti media yang baru dan makanan yang baru pula.
Setelah diganti semuanya, kali ini diharapkan untuk memantau setiap perubahan yang terjadi, kalau bisa catat semua masalah yang ada untuk dijadikan referensi jika ada masalah selanjutnya.
19:01 | 0 comments | Read More

Cacing Meninggalkan Medianya

Cacing yang digunakan untuk sistem kompos adalah cacing yang bisa beradaptasi dengan kondisi apapun dan beberapa spesies cacing yang lainnya memilih kondisi yang tertentu.
  1. Apakah kita tahu jenis cacing apa yang kita budidayakan? Ketika kita memesan cacing, pastikan untuk meminta nama ilmiah karena banyak cacing memiliki beberapa nama umum tergantung pada siapa kita bertanya. Cari tahu pasti dengan meminta nama ilmiah dan kemudian mencari kondisi khusus untuk spesies cacing yang mau kita budidayakan. Kalau kita sudah tahu jenis cacing apa yang kita budidayakan barulah kita mengontrol tingkat kelembaban, temperatur, dan pH khusus untuk cacing yang akan kita budidayakan.
  2. Gunakan lampu untuk menjaga mereka tetap berada di media hidupnya. Ketika cacing dikirim dalam perjalanan, otomatis cacing menjadi stres. Untuk menghindari stress setelah itu cacing meninggalkan media hidupnya dan  kadang juga mereka akan bertingkah aneh seperti tidak mau makan, tidak mau masuk kedalam medianya dll. Kondisi yang seperti ini mungkin saja terjadi, cara mengatasinya gampang, letakkan wadah pemeliharaan cacing dibawah penerangan lampu selama beberapa jam untuk memaksa cacing tidak keluar dari media hidupnya dan membiasakan cacing untuk menempati rumah baru mereka.

08:59 | 0 comments | Read More

Cacing Kalung (Perionyx Exavatus).

Written By Jagjit Earthworms Farm on Saturday 21 December 2013 | 05:25


Cacing tanah jenis ini memiliki kalung karena tubuhnya relatif keras seperti kalung perhiasan yang biasa dikenakan wanita. Cacing ini termasuk jenis lokal dan biasa digunakan sebagai obat tradisional penurun panas atau sakit tifus. Cacing jenis ini sangat aktif, jika disentuh tubuhnya akan menggeliat dan segera melarikan diri. Ciri-ciri umum yang mudah dikenali pada cacing ini adalah:
  1. Panjang tubuh cacing kalung dewasa 14-20 cm.
  2. Ukuran tubuh cacing kalung lebih besar dibanding cacing tanah lainnya.
  3. Bentuk tubuh bulat, berwarna cokelat keunguan atau sedikit agak kelabu.
  4. Jumlah segmen 75-165. Klitelum terletak pada segmen 13 dan 17.
  5. Cacing ini banyak ditemukan di tempat yang banyak terdapat kotoran ternak atau di bawah batang pisang yang telah membusuk.

05:25 | 0 comments | Read More

Cacing Merah (Pheretima sp.)


Warna tubuhnya relatif merah menjadikannya disebut cacing merah. Berikut ciri-ciri lengkapnya sebagai berikut:
  1. Ukuran tubuh cacing merah agak kecil, panjang 7-8 cm.
  2. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris.
  3. Jumlah segmen mencapai 95-150. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16.
  4. Dibandingkan dengan cacing koot, gerakan cacing merah agak lamban.
  5. Cacing ini mudah dibudidayakan dan banyak dijumpai pada tumpukan kotoran ternak peliharaan, tumpukan bahan organik, tumpukan sampah rumah tangga atau sampah pasar, atau di bawah batang pisang yang telah membusuk.
05:24 | 0 comments | Read More

Cacing Koot (Pheretima sp.)


Tidak diketahui secara pasti mengapa cacing ini dinamakan cacing koot. Cacing ini merupakan cacing lokal dari jenis Pheretima yang banyak dijumpai di Indonesia. Berikut ciri-ciri cacing koot:
  1. Jika dibandingkan dengan cacing merah, ukuran tubuh cacing koot lebih panjang, tetapi lebih pendek dari cacing kalung.
  2. Warna tubuhnya cokelat kekuningan.
  3. Gerakannya lamban, jika disentuh tubuhnya akan melingkar. 
  4. Struktur tubuhnya yang liat menyebabkan cacing ini sering digunakan sebagai umpan pancing. 

05:23 | 0 comments | Read More

Cacing Sondari (Metaphire Longa)


Hingga kini, belum ada yang menjelaskan kenapa cacing yang satu ini disebut cacing sondari. Sebenarnya, jika dilihat dari ciri-cirinya sedikit agak berbeda dengan cacing-cacing lokal lainnya. Berikut penjelasan mengenai ciri-ciri fisiknya:
  1. Tubuhnya lebih besar dibandingkan dengan cacing lokal lain, berwarna hitam dengan segmen yang nyata seperti sisik.
  2. Banyak ditemukan di hutan atau kebun yang sejuk dan tumpukan serasah. 
  3. Pada malam hari, cacing sondari sering naik ke batang pohon dan mengeluarkan suara seperti bernyanyi.
05:21 | 0 comments | Read More

Cacing Lumbricus Terrestris (African Nightcrawler)


Adalah tergolong cacing besar, kemerahan seperti cacing Eropa , tapi sekarang juga banyak didistribusikan di tempat lain di seluruh dunia (bersama dengan beberapa lumbricus Rubellus) karena dikenal orang. Di beberapa daerah orang menganggapnya sebagai suatu spesies hama yang serius karena sering berkompetisi cacing asli.
Spesies ini umumnya mencapai 20 - 25 cm. Cacing ini memiliki kebiasaan yang tidak biasa, mereka biasa melakukan perkawinan di permukaan tanah pada malam hari, yang membuatnya lebih terlihat daripada kebanyakan cacing tanah lainnya.
  1. Warna kulitnya merah kehitaman.
  2. Gerakannya lamban.
  3. Bisa bertelur sekitar 30 hari sekali setelah dewasa,
  4. Usia produktifnya 4-24 bulan.
  5. Berukuran lebih besar dari lumbricus, dengan panjang anatar 20-25 cm.
05:20 | 0 comments | Read More

Cacing Phospor (Lumbricus sp)


Cacing ini kalau dipencet akan mengeluarkan getah putih yang sangat lengket di tangan dan karena mengandung phospor, cairan ini akan terlihat menyala di malam hari. Ciri khas cacing ini adalah warna tubuhnya merah kecoklatan. Cacing ini termasuk lincah gerakannya sehingga kadang perlu dimatikan (dengan dipukul-pukulkan ke kayu) sebelum diberikan kepada burung. Cacing jenis banyak dibudidayakan untuk digunakan sebagai bahan baku obat. Cacing ini dapat berukuran sampai 30 cm. (Sumber:poultryindonesia.com, alfaqirbinmiskin.blogspot, dan beberapa sumber lainnya).

05:18 | 0 comments | Read More

Blogroll